Lebih dari 4.000 kader Aisyiyah dari berbagai kabupaten/kota di Sumatera Barat berkumpul di Masjid Agung Kabupaten Pasaman Barat, Ahad (27/7), dalam perhelatan akbar “Hari Ber-Aisyiyah.” Peristiwa ini menjadi momentum strategis bagi gerakan perempuan Muhammadiyah pasca-pandemi, mengukuhkan kembali posisi Aisyiyah sebagai aktor utama dalam transformasi sosial dan pendidikan berbasis nilai Islam berkemajuan.
Direktur Politeknik Aisyiyah Sumatera Barat, Ns. Jeki Refialdinata, M.Kep., menyebut kegiatan ini sebagai tonggak penting dalam penguatan kapasitas kader perempuan Muhammadiyah dan perluasan dampak sosial organisasi.
“Ini adalah momen konsolidatif, bukan hanya dalam konteks jumlah, tetapi dalam visi bersama. Aisyiyah telah menunjukkan bahwa perempuan bukan sekadar pelengkap, melainkan pemimpin perubahan dari lini paling dasar—keluarga, komunitas, hingga institusi,” ujarnya.
Politeknik Aisyiyah, sebagai lembaga pendidikan tinggi yang dilahirkan dari rahim gerakan perempuan Muhammadiyah, menurut Jeki, memiliki tanggung jawab moral dan strategis untuk mengembangkan kepemimpinan perempuan yang berbasis ilmu, spiritualitas, dan aksi sosial.
Acara yang digelar dengan skala partisipasi terbesar sejak pandemi ini menghadirkan agenda utama seperti tabligh akbar, pembacaan deklarasi gerakan perempuan berkemajuan, serta konsolidasi antarorganisasi otonom Muhammadiyah. Kehadiran ribuan kader lintas usia mempertegas daya hidup dan keberlanjutan ideologis Aisyiyah di Sumatera Barat.
Pemilihan Pasaman Barat sebagai tuan rumah tidak lepas dari tingginya pertumbuhan kaderisasi dan ekosistem dakwah perempuan di wilayah tersebut. “Pasaman Barat saat ini menjadi representasi kekuatan baru dalam peta gerakan perempuan Islam modern di Sumatera,” tambah Jeki.
Ia menegaskan bahwa pendidikan tinggi vokasional berbasis nilai Islam berkemajuan, seperti yang dikembangkan oleh Politeknik Aisyiyah, menjadi bagian penting dalam infrastruktur peradaban baru yang sedang dibangun Aisyiyah.
“Kita tidak hanya mencetak lulusan, tapi membentuk agen perubahan. Perempuan Muhammadiyah hari ini bergerak tidak hanya dengan semangat, tapi juga dengan kompetensi,” tutupnya.
Hari Ber-Aisyiyah kali ini bukan hanya peristiwa simbolik, tetapi sinyal bahwa konsolidasi sosial perempuan berbasis keislaman telah menemukan momentumnya di Sumatera Barat—dan Politeknik Aisyiyah siap menjadi bagian dari lokomotif perubahan tersebut.
Berita rilis di Politeknik Aisyiyah Soroti Momentum Konsolidasi Perempuan Muhammadiyah: Lebih dari 4.000 Kader Padati Pasaman Barat – Minangkabaunews.com